Senin, 30 Desember 2013

TUGAS FILSAFAT KOMUNIKASI SEMESTER IV



TUGAS FILSAFAT KOMUNIKASI
SEMESTER IV

A.    Ontologi
       Metafisika, disebut juga ontologi. Ontologi adalah cabang dari filsafat yang mengkaji hakikat ilmu dan objeknya. Ontologi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi. Apa itu hakikat? Hakikat adalah realitas; hakikat adalah ke-real-an; “real” artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah.

       Jadi secara ontologi, komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Sedangkan Ilmu komunikasi adalah ilmu yang  mempelajari usaha penyampaian pesan antar manusia. Pemakalah menganalisa bahwa pada hakikatnya komunikasi adalah hubungan dengan sesama “manusia”.

B.     Epistimologi
       Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoloh pengetahuan. Jadi epistimologi memberi gambaran bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Dalam hal ini, epistiomologi akan menggambarkan bagaimana cara mendapatkan komunikasi dengan sesama “manusia”.

     Dapat dsimpulkan bahwasanya cara mendapatkan pengetahuan yang benar tentu harus melihat dari sudut pandang, sejarah pengetahuan, pengetahuan itu sendiri dan metode ilmiahnya. Sedangkan bagaimana cara untuk mendapatkan komunikasi maka harus menggunakan metode-metode yaitu dengan memahami lawan bicara “komunikan atau komunikator sendiri”, situasi dan kondisi, dan gejala-gejala perilku manusia.
C.  Aksiologi
     Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai. Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain: 
  1.  Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan 
  2.  Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
  3. Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
  4. Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).
Menurut Bramel, Aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu:
  1.   Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.
  2.    Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
  3.     Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
     Dari definisi-definisi aksiologi di atas terlihat jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

     Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Estetika adalah kajian yang membahas teori seni. (Yunani: aesthetikos dapat dimengerti; penerapan inderawi atau bisa juga berarti pengamatan spiritual), suatu kajian sistematik tentang sifat dari keindahan dan seni dalam bentuk normatif dan deskriptif. Istilah estetika diperkenalkan oleh seorang filsuf Jerman bernama Alexander Gottlieb Baumgarten (17 Juli 1714-26 Mei 1762) lewat karyanya, Meditationes philosophicae de nonulis ad poepertinentibus (1735) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Reflection on poetry (1954). Baumgarten mengembangkan filsafat estetika yang didefinisikannya sebagai ilmu pengetahuan tentang keindahan lewat karyanya yang berjudul Aesthetica acromatica (1750-1758).

D.    Interpretif
E.     Interaksi Simbolik
       Berorienteraksi pada prinsip bahwa orang merespon makna yang mereka bangun sejauh mereka satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang memengaruhi mereka.

       Definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah :
1.      Mind (pikiran) - kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2.      Self (diri pribadi) - kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
3.      Society (masyarakat) - hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

F.     Fenomenologi
       Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini.

       Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.

       Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu – individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.

       Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah suatu tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan.

G.    Dramaturgi
       Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi/persetujuan drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai yang berarti berbuat, berlaku, beraksi, bertindak dan sebagainya, dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan. Ada orang yang menganggap drama sebagai lakon yang menyedihkan, mengerikan, sehingga dapat diartikan sebagai sandiwara tragedi.

       Formula Dramaturgi (4M)
Yang dimaksud dengan formula dramaturgi atau 4M adalah :
1.      Menghayalkan : Disini untuk pertama kali manusia/pengarang menghayalkan kisah : ada inspirasi-inspirasi, ide-ide.
2.      Menuliskan : Pengarang menyusun kisah yang sama untuk kedua kalinya pengarang menulis kisah
3.      Memainkan : Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). disini actor dan aktris yang bertindak dalam stage tertentu
4.      Menyaksikan : Penonton menyaksikan kisah yang sama untuk keempat kalinya.

H.    Interaksi
       Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda.

       Dalam Interaksi terdiri dari beberapa macam. Menurut Muryati dan Suryawati (2003) macam-macam interaksi dibagi menjadi tiga, yaitu:

  1.  Interaksi antar individu dan individu artinya, dalam hubungan ini bisa terjadi hubungan positif dan negative. Interaksi positif jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatife, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
  2. Interaksi antar invidu dan kelompok artinya, interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisi
  3. Interaksi sosial antar kelompok dan kelompok, intraksi sosial kelompok dan kelompok ini terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.

I.       Hermeneutika
       Kata “hermeneutika”, dalam bahasa Indonesianya yang kita kenal, secara etimologi berasal dari istilah Yunani, dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi. Dari asal kata itu berarti ada dua perbuatan; menafsirkan dan hasilnya, penafsiran (interpretasi), seperti halnya kata kerja “memukul” dan menghasilkan “pukulan”. Kata tersebut layaknya kata-kata kerja dan kata bendanya dalam semua bahasa. Kata Yunani hermeios mengacu pada seorang pendeta bijak, Delphic.

       Kata hermeios dan kata kerja yang lebih umum hermeneuein dan kata benda hermeneia diasosiasikan pada Dewa Hermes, dari sanalah kata itu berasal.[2]Filsafat Yunani kuno sudah memberikan sinyal mengenai “interpretasi”. Dalam karyanya Peri Hermeneias atau De Interpretatione, Plato menyatakan “kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita dan kata yang kita tulis adalah simbol dari kata yang kita ucapkan”. Sehingga dalam memahami sesuatu perlu adanya usaha khusus, karena apa yang kita tafsirkan telah dilingkupi oleh simbol-simbol yang menghalangi pemahaman kita terhadap makna.

J.      Semiotika
       Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.

       Seluruh aktifitas manusia dalam keseharian selalu diliputi berbagai kejadian-kejadian yang secara langsung atau tidak langsung, disadari atau tak-sadar, memiliki potensi makna yang terkadang luas nilainya jika dipandang dari sudut-sudut yang dapat mengembangkan suatu objek pada kaitan-kaitan yang mengindikasikan suatu pesan atau tanda tertentu. Jika diartikan melalui suatu penjelasan maka akan dapat diterima oleh orang lain yang menyepakati.

       Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna ( Scholes, 1982: ix dalam Kris Budiman, 2011: 3)

K.    Cara Berfikir Induktif-Deduktif
1)      Cara Berfikir Induktif
Menurut Joyce dan Weil (2000), berpikir induktif, Buku Panduan untuk Ilmu Sosial Dasar, cara berfikir induktif ada beberapa tahap yaitu :
a)      Konsep Formasi
       Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama konsep).
       Tahap 1: Mengidentifikasi dan mendaftar
Ø  Apa yang Anda ketahui tentang .... ?
Untuk pelajaran di kelas Anda sendiri, Anda bisa bertanya hal berikut: Apa yang Anda lihat? Apa yang kau dengar? Apa yang Anda ketahui tentang ...?
       Tahap 2: Pengelompokan menurut sifat-sifat umum
Ø  Apakah ada di antara kelompok ini pergi bersama-sama? Mengapa?
       Tahap 3: pengkategorian (label dari kategori di atas) Bagaimana Anda menamai kelompok-kelompok ini?

b)     Interpretasi Data
       Tahap ini termasuk menafsirkan, menyimpulkan, dan generalisasi dan mengarah pada pencapaian konsep (yaitu siswa mengembangkan kemampuan deduktif).

       Tahap 4: Mengidentifikasi hubungan kritis (diferensiasi)
Ø  Apa yang Anda ingat tentang data? Apa yang Anda lihat?
       Tahap 5: Menjelajahi hubungan (sebab-akibat)
Ø  Mengapa ini atau itu terjadi? Apa yang Anda pikir ini berarti?
Ø  Apakah Anda melihat koneksi dalam catatan atau seluruh data?
       Tahap 6: Membuat kesimpulan
Ø  Apa yang membuatmu berpikir tentang hal ini?
Ø  Apa yang dapat Anda simpulkan?

c)      Penerapan Prinsip
       Tahap 7: konsekuensi Memprediksi
Ø  Bagaimana jika?
       Tahap 8: Menjelaskan dan / atau mendukung prediksi
Ø  Mengapa Anda pikir ini yang akan terjadi?
Ø  Berdasarkan data, akan kondisi ini logis?
       Tahap 9: Pengujian dan generalisasi
Ø  Apa yang harus dilakukan untuk membuat ini umumnya benar?

2)      Penalaran deduktif
       Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
      
       Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
      
       Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi
a.       Premsi Mayor Dan
b.      Premis Minor.

       Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersbut. Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis. Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
      
       Dari contoh sebelumnya misalkan kita menyusun silogisme sebagai berikut.
Ø  Semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahanka hidupnya (Premis mayor)
Ø  Joko adalah seorang mahluk hidup (Premis minor)
Ø  Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahakan hidupnya (Kesimpulan)

       Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu makan untuk mempertahankan hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.

       Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar harus dikembalikan kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun kedua kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikkan kesimpulannya tidak sah.

       Dengan demikian maka ketepatan penarkkan kesimpulan tergantung dari tiga hal yaitu:
a.       Kebenaran premis mayor,
b.      Kebenara premis minor, dan
c.       Keabsahan penarikan kesimpulan.

       Apabila salah satu dari ketiga unsur itu persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.

L.     Variabel
       Dalam bahasa sehari-hari, variabel penelitian sering diartikan sebagai ”faktor-faktor yang dikaji dalam penelitian”. Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai. Meskipun demikian pemahaman yang mengartikan variabel sebagai faktor-faktor yang akan dikaji dalam penelitian juga dapat diterima mengingat bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya memahami, mengukur, dan menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka. Itu juga berlaku pada penelitian Grounded maupun Penelitian Partisipatif.

       Variabel juga bisa diartikan dapat berubah-ubah, berbeda-beda, bermacam-macam (tt mutu, harga, dsb), sesuatu yg dapat berubah; faktor atau unsur yg ikut menentukan perubahan: peubah dl penelitian itu sebaiknya diperhatikan berbagai -- spt guru, usia, dan pendidikan, satuan bahasa yg paling terpengaruh oleh variasi sosial dan stilistis, dl jangka panjang mudah berubah, kelas kata yg dapat menyatakan hubungan gramatikal dng perubahan bentuk, dl hal ini kelas nomina, verba, dan adjektiv.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar