TUGAS FILSAFAT KOMUNIKASI
SEMESTER IV
A.
Ontologi
Metafisika, disebut juga ontologi. Ontologi adalah cabang dari
filsafat yang mengkaji hakikat ilmu dan objeknya. Ontologi sendiri berarti
memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah
Ilmu Komunikasi. Apa itu hakikat? Hakikat adalah realitas; hakikat adalah
ke-real-an; “real” artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah
kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara
atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah.
Jadi secara ontologi, komunikasi dapat
didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Sedangkan Ilmu
komunikasi adalah ilmu yang mempelajari
usaha penyampaian pesan antar manusia. Pemakalah menganalisa bahwa pada
hakikatnya komunikasi adalah hubungan dengan sesama “manusia”.
B. Epistimologi
Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan sumber
pengetahuan dan bagaimana cara memperoloh pengetahuan. Jadi epistimologi
memberi gambaran bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Dalam hal
ini, epistiomologi akan menggambarkan bagaimana cara mendapatkan komunikasi
dengan sesama “manusia”.
Dapat dsimpulkan bahwasanya cara mendapatkan pengetahuan yang
benar tentu harus melihat dari sudut pandang, sejarah pengetahuan, pengetahuan
itu sendiri dan metode ilmiahnya. Sedangkan bagaimana cara untuk mendapatkan
komunikasi maka harus menggunakan metode-metode yaitu dengan memahami lawan
bicara “komunikan atau komunikator sendiri”, situasi dan kondisi, dan gejala-gejala
perilku manusia.
C. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata Yunani:
axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai. Pertanyaan di
wilayah ini menyangkut, antara lain:
- Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan
- Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
- Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
- Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).
Menurut Bramel, Aksiologi terbagi tiga
bagian, yaitu:
- Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.
- Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
- Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas terlihat jelas bahwa
permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Estetika adalah kajian yang membahas teori
seni. (Yunani: aesthetikos dapat dimengerti; penerapan inderawi atau bisa juga
berarti pengamatan spiritual), suatu kajian sistematik tentang sifat dari
keindahan dan seni dalam bentuk normatif dan deskriptif. Istilah estetika
diperkenalkan oleh seorang filsuf Jerman bernama Alexander Gottlieb Baumgarten
(17 Juli 1714-26 Mei 1762) lewat karyanya, Meditationes philosophicae de
nonulis ad poepertinentibus (1735) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan judul Reflection on poetry (1954). Baumgarten mengembangkan filsafat
estetika yang didefinisikannya sebagai ilmu pengetahuan tentang keindahan lewat
karyanya yang berjudul Aesthetica acromatica (1750-1758).
D. Interpretif
E. Interaksi Simbolik
Berorienteraksi pada prinsip bahwa orang merespon makna yang
mereka bangun sejauh mereka satu sama lain. Setiap individu merupakan agen
aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan
organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam produksi
budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang memengaruhi mereka.
Definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik
adalah :
1. Mind
(pikiran) - kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang
sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi
dengan individu lain.
2. Self
(diri pribadi) - kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari
penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme
simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang
diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
3. Society
(masyarakat) - hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan
oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat
dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya
mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
F. Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang
mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat
biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti
daripada fenomena ini.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich
Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon
(1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.
Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi
termasuk bagian dari individu – individu yang ada saling memberikan pengalaman
satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau
informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat
kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa
bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja
sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.
Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian
yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang
dikemukakan oleh Littlejohn bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk
mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia
aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan
aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.Asumsi pokok fenomenologi adalah
manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna
atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses
aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata
lain pemahaman adalah suatu tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan.
G. Dramaturgi
Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan
konvensi/persetujuan drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai
yang berarti berbuat, berlaku, beraksi, bertindak dan sebagainya, dan “drama”
berarti : perbuatan, tindakan. Ada orang yang menganggap drama sebagai lakon
yang menyedihkan, mengerikan, sehingga dapat diartikan sebagai sandiwara
tragedi.
Formula Dramaturgi (4M)
Yang dimaksud dengan formula dramaturgi
atau 4M adalah :
1. Menghayalkan
: Disini untuk pertama kali manusia/pengarang menghayalkan kisah : ada
inspirasi-inspirasi, ide-ide.
2. Menuliskan
: Pengarang menyusun kisah yang sama untuk kedua kalinya pengarang menulis
kisah
3. Memainkan
: Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). disini
actor dan aktris yang bertindak dalam stage tertentu
4. Menyaksikan
: Penonton menyaksikan kisah yang sama untuk keempat kalinya.
H.
Interaksi
Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi
sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain.
Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari
hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi
sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan. Dalam
berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda.
Dalam Interaksi terdiri dari beberapa macam. Menurut Muryati
dan Suryawati (2003) macam-macam interaksi dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Interaksi antar individu dan individu artinya, dalam hubungan ini bisa terjadi hubungan positif dan negative. Interaksi positif jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatife, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
- Interaksi antar invidu dan kelompok artinya, interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisi
- Interaksi sosial antar kelompok dan kelompok, intraksi sosial kelompok dan kelompok ini terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.
I. Hermeneutika
Kata “hermeneutika”, dalam bahasa Indonesianya yang kita
kenal, secara etimologi berasal dari istilah Yunani, dari kata kerja
hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi.
Dari asal kata itu berarti ada dua perbuatan; menafsirkan dan hasilnya,
penafsiran (interpretasi), seperti halnya kata kerja “memukul” dan menghasilkan
“pukulan”. Kata tersebut layaknya kata-kata kerja dan kata bendanya dalam semua
bahasa. Kata Yunani hermeios mengacu pada seorang pendeta bijak, Delphic.
Kata hermeios dan kata kerja yang lebih umum hermeneuein dan
kata benda hermeneia diasosiasikan pada Dewa Hermes, dari sanalah kata itu
berasal.[2]Filsafat Yunani kuno sudah memberikan sinyal mengenai
“interpretasi”. Dalam karyanya Peri Hermeneias atau De Interpretatione, Plato
menyatakan “kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita
dan kata yang kita tulis adalah simbol dari kata yang kita ucapkan”. Sehingga
dalam memahami sesuatu perlu adanya usaha khusus, karena apa yang kita
tafsirkan telah dilingkupi oleh simbol-simbol yang menghalangi pemahaman kita
terhadap makna.
J. Semiotika
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala
yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata
lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Seluruh aktifitas manusia dalam
keseharian selalu diliputi berbagai kejadian-kejadian yang secara langsung atau
tidak langsung, disadari atau tak-sadar, memiliki potensi makna yang terkadang
luas nilainya jika dipandang dari sudut-sudut yang dapat mengembangkan suatu
objek pada kaitan-kaitan yang mengindikasikan suatu pesan atau tanda tertentu.
Jika diartikan melalui suatu penjelasan maka akan dapat diterima oleh orang
lain yang menyepakati.
Semiotika, yang biasanya didefinisikan
sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan
sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita
memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu
yang bermakna ( Scholes, 1982: ix dalam Kris Budiman, 2011: 3)
K.
Cara
Berfikir Induktif-Deduktif
1) Cara Berfikir Induktif
Menurut Joyce dan Weil
(2000), berpikir induktif, Buku Panduan untuk Ilmu Sosial Dasar, cara berfikir
induktif ada beberapa tahap yaitu :
a)
Konsep
Formasi
Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar,
konsep), kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut
(dengan nama konsep).
Tahap 1: Mengidentifikasi dan mendaftar
Ø
Apa yang Anda ketahui tentang .... ?
Untuk pelajaran di kelas
Anda sendiri, Anda bisa bertanya hal berikut: Apa yang Anda lihat? Apa yang kau
dengar? Apa yang Anda ketahui tentang ...?
Tahap 2: Pengelompokan menurut sifat-sifat umum
Ø
Apakah ada di antara kelompok ini pergi
bersama-sama? Mengapa?
Tahap 3: pengkategorian (label dari kategori di atas) Bagaimana
Anda menamai kelompok-kelompok ini?
b) Interpretasi Data
Tahap ini termasuk menafsirkan, menyimpulkan, dan generalisasi
dan mengarah pada pencapaian konsep (yaitu siswa mengembangkan kemampuan
deduktif).
Tahap 4: Mengidentifikasi hubungan kritis (diferensiasi)
Ø
Apa yang Anda ingat tentang data? Apa yang Anda
lihat?
Tahap 5: Menjelajahi hubungan (sebab-akibat)
Ø
Mengapa ini atau itu terjadi? Apa yang Anda
pikir ini berarti?
Ø
Apakah Anda melihat koneksi dalam catatan atau
seluruh data?
Tahap 6: Membuat kesimpulan
Ø
Apa yang membuatmu berpikir tentang hal ini?
Ø
Apa yang dapat Anda simpulkan?
c) Penerapan Prinsip
Tahap 7: konsekuensi Memprediksi
Ø
Bagaimana jika?
Tahap 8: Menjelaskan dan / atau mendukung prediksi
Ø
Mengapa Anda pikir ini yang akan terjadi?
Ø
Berdasarkan data, akan kondisi ini logis?
Tahap 9: Pengujian dan generalisasi
Ø
Apa yang harus dilakukan untuk membuat ini
umumnya benar?
2) Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya
dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikkan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme
disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogisme ini
disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi
a.
Premsi Mayor Dan
b.
Premis Minor.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang
didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersbut. Penarikan
kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis. Penarikan secara langsung
ditarik dari satu premis.
Dari contoh sebelumnya misalkan kita
menyusun silogisme sebagai berikut.
Ø
Semua
mahluk hidup perlu makan untuk mempertahanka hidupnya (Premis mayor)
Ø
Joko
adalah seorang mahluk hidup (Premis minor)
Ø
Jadi,
Joko perlu makan untuk mempertahakan hidupnya (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu
makan untuk mempertahankan hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif,
sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar
harus dikembalikan kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila
kedua premis yang mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan
yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah,
meskipun kedua kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikkan kesimpulannya
tidak sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarkkan
kesimpulan tergantung dari tiga hal yaitu:
a.
Kebenaran premis mayor,
b.
Kebenara premis minor, dan
c.
Keabsahan penarikan kesimpulan.
Apabila salah satu dari ketiga unsur itu
persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan yang ditariknya akan
salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
L.
Variabel
Dalam bahasa
sehari-hari, variabel penelitian sering diartikan sebagai ”faktor-faktor yang
dikaji dalam penelitian”. Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel adalah
konsep yang memiliki keragaman nilai. Meskipun demikian pemahaman yang
mengartikan variabel sebagai faktor-faktor yang akan dikaji dalam penelitian
juga dapat diterima mengingat bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya
memahami, mengukur, dan menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut.
Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah
dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti,
tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka. Itu juga berlaku pada
penelitian Grounded maupun Penelitian Partisipatif.
Variabel juga bisa diartikan dapat berubah-ubah, berbeda-beda,
bermacam-macam (tt mutu, harga, dsb), sesuatu yg dapat berubah; faktor atau
unsur yg ikut menentukan perubahan: peubah dl penelitian itu sebaiknya
diperhatikan berbagai -- spt guru, usia, dan pendidikan, satuan bahasa yg
paling terpengaruh oleh variasi sosial dan stilistis, dl jangka panjang mudah
berubah, kelas kata yg dapat menyatakan hubungan gramatikal dng perubahan
bentuk, dl hal ini kelas nomina, verba, dan adjektiv.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar